Sebutkan Putra Dan Putri Rasulullah Saw Saat Menikah Dengan Khadijah

Putra Rasulullah SAW: Al-Qasim, Abdullah, dan Ibrahim

Al-Qasim merupakan anak sulung Nabi Muhammad SAW dengan Siti Khadijah. Qasim lahir di Makkah, sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi.

Qasim wafat di Makkah saat berusia dua tahun. Menurut Qatadah, al-Qasim meninggal ketika ia sudah bisa berjalan.

Kemudian, Abdullah, putra kedua Nabi Muhammad SAW dari Siti Khadijah. Karena Abdullah lahir sesudah Islam, ia biasa disebut juga at-Thayyib (yang baik) dan at-Thahir (yang suci).

Putra ketiga, Ibrahim adalah anak bungsu Nabi Muhammad SAW dari Mariyah al-Qibthiyah. Ibrahim hidup lebih lama selama 1,5 tahun dibandingkan dengan Qasim dan Abdullah.

Ibrahim lahir dan wafat di Kota Madinah, tahun sepuluh hijriah pada usia tujuh belas atau delapan belas bulan.

Selain tiga putra, Rasulullah SAW juga memiliki empat putri. Putri tertua Nabi dengan Siti Khadijah bernama Zainab. Dia menikah dengan Abu Al-Ash bin Rabi bin Abdul Uzza bin Abdul Syams, sepupu Zainab, karena ibunya adalah Hala binti Khuwailid (saudara dari Khadijah binti Khuwailid).

Zainab mempunyai anak bernama Ali yang wafat waktu kecil dan Umamah yang digendong Nabi waktu salat, dan setelah dewasa menikah dengan Ali bin AbiThalib setelah Fatimah wafat.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Semasa hidup ibundanya, sang putri yang menawan ini disunting seorang pemuda bernama Abul' Ash bin Ar-Rabi ' bin 'Abdil 'Uzza bin 'Abdisy Syams bin 'Abdi Manaf bin Qushay Al-Qurasyi. ia merupakan putra Halah binti Khuwailid, saudara perempuan Khadijah. Ketika itulah Khadijah menghadiahkan seuntai kalung untuk penganti putrinya. Pernikahan ini melahirkan dua putra putri Abul Ash, yaitu Umamah dan Ali.

Fatimah dilahirkan di Makkah pada 20 Jumadil Akhir, 18 tahun sebelum Nabi Muhammad hijrah. Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Saat itu usia Ali bin Abi Thalib 21 tahun 5 bulan, sementara Fatimah menginjak 15 tahun 6,5 bulan.

Sebelumnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah berniat meminang Fatimah, begitu juga dengan Umar bin Al Khatab. Namun Rasulullah SAW tidak menyambut pinangan mereka berdua dan menolaknya secara halus.

Dari pernikahan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib melahirkan Hasan Husain, Muhassin yang wafat waktu kecil, Ummu Kultsum yang menikah dengan Umar bin Khattab, dan Zainab yang menikah dengan Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib.

Sebelum sang ayah diangkat sebagai nabi Allah, Ruqayyah disunting seorang pemuda bernama Utbah, putra Abu Lahab bin Abdul Muthalib. Pernikahan ini tidak berjalan lama. Semua berawal dengan diangkatnya Muhammad SAW sebagai nabi, menyusul kemudian surat Al-Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, menjadi berang. Ia berkata kepada putranya "haram" jika kalian tidak menceraikan putri Muhammad.

Allah SWT memberikan ganti yang jauh lebih baik. Ruqayyah menikah dengan seorang sahabat mulia, Ustman bin Affan. Ia meninggal di pangkuan Ustman. Ruqayyah memiliki seorang putra bernama Abdullah, sehingga Ustman dipanggil dengan Abu Abdullah.

Baca Juga: Kisah Ali bin Abi Thalib, Juru Tulis Nabi Berjuluk Gerbang Pengetahuan

Kisah Ummu Kultsum sama halnya dengan Ruqayyah. Ummu dilahirkan enam tahun sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai Nabi. Ummu kemudian dinikahi Utbah bin Abu Lahab, namun kemudian diceraikan karena perkataan sang ibu kepada Utbah bin Abu Lahab, bahkan sebelum Ummu Kultsum disentuhnya.

Allah SWT juga telah memilihkan yang lebih baik dari semuanya. Rasulullah SAW meminang Hafshah untuk dirinya, dan menikahkan Utsman bin Affan dengan putrinya, Ummu Kultsum. Peristiwa ini berlangsung pada Rabiul Awwal tahun ketiga setelah Nabi hijrah ke Madinah.

Sebagian muslim mungkin pernah mengalami terbangun di tengah malam hari karena sebab tertentu misalnya, mendengar suara, mimpi, atau berpindah posisi. Bagi yang mengalami hal itu, Rasulullah SAW pernah menganjurkan sebuah kesunnahan.

Berdasarkan sejumlah keterangan hadits dalam buku Doa-doa Rasulullah SAW oleh Ibnu Taimiyah, Rasulullah SAW menganjurkan untuk membaca zikir dan memanjatkan doa. Selain itu, Rasulullah SAW diceritakan mengambil air wudhu dan salat malam saat terbangun tersebut.

Keterangan ini berdasarkan dari Abdullah ibnu Abbas RA menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah terbangun tengah malam lalu beliau segera mengambil air wudhu dan melanjutkan tidurnya kembali. Berikut bunyi haditsnya,

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Suatu ketika di tengah malam, Rasulullah terbangun karena ingin membuang hajat. Kemudian setelah itu, beliau berwudhu dan tidur kembali." (HR Bukhari)

Peran Nabi Muhammad sebagai Ayah

Dikutip dari buku Jangan Sakiti Rasulullah Al-Mustafa karya H. Miftahur Rahman, Nabi Muhammad SAW menunjukkan perannya sebagai ayah untuk melindungi anaknya.

Nabi SAW memberikan contoh penghargaan kepada anak perempuannya, ketika memperlakukan Sayyidah Fatimah. Nabi SAW memanggilnya dengan sebutan "Ummu Abiha" (ibu dari bapaknya), sebagai penghormatan atas kebaktian Sayyidah Fatimah dalam berkhidmat pada ayahnya.

Jika Sayyidah Fatimah datang, Nabi SAW segera berdiri. Ia menjemput Fatimah, mengambil tangannya, dan menciumnya. (HR Tirmidzi, Sunan Abu Daud). "Fathimah belahan nyawaku. Siapa yang membuatnya marah, ia membuatku marah. Siapa yang menyakitinya, ia menyakitiku." Begitulah perkataannya di hadapan para sahabat ketika berada dalam majelis. Betapa beliau memuliakan dan sangat menyayangi anaknya.

Sebagai orang tua, mestinya memahami bahwa setiap hal yang dilakukan orang tua untuk anak-anaknya adalah penuh makna, mencerminkan kasih sayang yang mendalam dalam hati ibu dan ayah. Kasih sayang ini perlu ditunjukkan secara nyata dan dirasakan oleh anak melalui berbagai cara dari waktu ke waktu.

Rasulullah SAW juga memberikan teladan terbaik dalam mencintai putra-putrinya dan keluarganya. Beliau menunjukkan sikap sebagai seorang ayah yang lembut, penuh cinta, kasih sayang, dan belas kasih.

Rasulullah SAW tidak hanya menolong dan memperhatikan anak-anaknya, tetapi juga menjaga mereka dengan penuh perhatian. Kecintaan beliau yang mendalam ini seringkali membuat orang lain terkesan dan penasaran.

'Aisyah Ummul Mukminin RA berkata, "Ada orang Arab yang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, 'Sesungguhnya anda mencium anak-anak Anda padahal kami tidak pernah menciumi mereka?' Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Apa yang dapat aku perbuat jika Allah telah mencabut kasih sayang di hatimu'?"

Dan diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, ia berkata, "Rasulullah SAW mencium Hasan bin Ali, sedangkan di sisinya ada al-Aqra' bin Hajis at-Tamimi. Maka berkatalah al-Aqra',

"Sesungguhnya aku mempunyai sepuluh anak namun belum pernah aku mencium salah seorang di antara mereka." Maka Rasulullah SAW mengarahkan pandangannya kepadanya seraya bersabda, "Barang siapa yang tidak menyayang maka tidak akan disayang."

Riwayat ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah contoh utama seorang ayah yang penuh kasih sayang, yang secara aktif menunjukkan cinta dan perhatian kepada anak-anaknya.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Putra-Putri Nabi Muhammad

Dikutip dari buku Hidup bersama Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam karya Daeng Naja, berikut putra-putri Nabi Muhammad SAW:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Qasim lahir di Makkah sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi. Kelahiran Qasim ini membuat Nabi Muhammad SAW dijuluki Abu Qasim atau 'Bapaknya Qasim'. Namun, Qasim meninggal pada usia 2 tahun.

Anak kedua Rasulullah SAW adalah Sayyidah Zainab binti Muhammad. Putri Rasulullah SAW ini dinikahkan dengan sahabat Abu Al Ash bin Ar Rabi, yang kemudian dikaruniai dua anak bernama Ali dan Umamah.

Abu Al Ash bin Ar Rabi mengucap dua kalimat syahadat dan mengikuti agama istri dan mertuanya dan pindah ke Madinah. Sayyidah Zainab kemudian meninggal dunia pada 8 Hijriah meninggalkan suami dan anaknya.

Nabi Muhammad SAW kemudian dikaruniai anak ketiga, yaitu Sayyidah Ruqayyah binti Muhammad. Sayyidah Ruqayyah dinikahkan dengan sahabatnya, Utsman bin Affan, dan dari pernikahan tersebut lahirlah seorang putra bernama Abdullah.

Ketika tinggal di Madinah, mereka menghadapi ujian dengan wafatnya putra tunggal mereka pada usia 6 tahun. Tidak lama kemudian, Sayyidah Ruqayyah sakit dan dikabarkan meninggal dunia ketika Rasulullah SAW sedang berada di medan Perang Badar.

Anak keempat Nabi Muhammad SAW adalah Ummu Kultsum. Ummu Kultsum menikah dengan Utbah bin Abu Lahab, namun Utbah menceraikannya sebelum mereka sempat hidup bersama.

Setelah itu, Ummu Kultsum menikah dengan Utsman bin Affan setelah istri Utsman, Ruqayyah, meninggal dunia. Ummu Kultsum, putri keempat Rasulullah SAW dari Siti Khadijah, meninggal pada 9 Hijriah.

Putri Nabi Muhammad SAW yang paling terkenal dan sering kita dengar dalam berbagai riwayat adalah Sayyidah Fatimah Az Zahra. Sayyidah Fatimah adalah anak kelima Nabi Muhammad SAW dan putri yang sangat beliau cintai. Ia lahir lima tahun sebelum Rasulullah SAW menerima wahyu pertama.

Sayyidah Fatimah kemudian dinikahkan dengan Ali bin Abi Thalib RA, dan dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai lima orang cucu untuk Rasulullah SAW, yaitu Hasan, Husein, Zainab, Ummu Kultsum, dan Muhassin.

Putra terakhir Nabi Muhammad SAW dari Siti Khadijah adalah Abdullah. Abdullah lahir setelah Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai rasul, dia lahir di masa permulaan Islam setelah turunnya wahyu. Namun, Abdullah meninggal di Kota Makkah ketika dia masuk kanak-kanak

Nabi Muhammad SAW juga memiliki putra dari istrinya, Mariyah Al Qibthiyah. Keturunan beliau yang juga menjadi putra bungsunya ini bernama Ibrahim.

Ibrahim lahir pada 8 Hijriah di Madinah. Sayangnya, Ibrahim meninggal dunia ketika usianya baru mencapai 17 atau 18 bulan. Dia wafat pada 10 Hijriah. Rasulullah SAW pun sangat bersedih dengan kepergiannya.

Semasa hidupnya, Nabi Muhammad SAW dikaruniai tujuh orang anak oleh Allah SWT. Ketujuh anak ini berasal dari dua istrinya, yakni istri pertama Khadijah, yang memberikan enam orang anak dan Mariyah, istri terakhirnya, yang memberikan satu orang anak.

Meski demikian, tidak semua putra dan putri Nabi Muhammad tumbuh hingga usia dewasa. Diantaranya ada yang meninggal di usia muda, bahkan masih bayi.

Berikut putra dan putri Nabi Muhammad SAW merangkum berbagai sumber.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rasulullah SAW memiliki tiga orang putra, dari Siti Khadijah dan Mariyah.

Al Qasim adalah putra pertama Nabi Muhammad dari Siti Khadijah. Qasim dilahirkan di Mekah sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi utusan Allah SWT.

Usia Qasim terbilang pendek. Berbagai literatur menyebutnya meninggal dunia di usia dua tahun.

Kisah kematian putra sulung Rasulullah ini juga diriwayatkan dalam Al-Qur'an surat Al Kautsar.

Abdullah dikenal dengan nama at-Thayyib, yang artinya 'yang baik' dan at-Thahir yang berarti 'yang suci'.

Bukan tanpa alasan sebutan ini diberikan. Pasalnya, Abdullah lahir dalam keadaan sudah Islam.

Abdullah adalah putra Rasulullah yang lahir dari Khadijah. Dia lahir di Bi'tsah setelah Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul.

Tak berbeda dengan kakaknya, Abdullah juga wafat dalam usia muda ketika masih anak-anak.

Ibrahim adalah putra bungsu Nabi Muhammad yang dilahirkan oleh Mariyah.

Nasib Ibrahim tidak berbeda dengan kedua kakak laki-lakinya. Sekitar 17 atau 18 bulan setelah dilahirkan, Ibrahim meninggal dunia di Madinah.

Simak putra dan putri Nabi Muhammad SAW di halaman berikutnya..

Dari pernikahannya dengan Siti Khadijah, Nabi Muhammad SAW dikaruniani empat orang putri.

Zainab adalah putri pertama Nabi Muhammad dari Siti Khadijah. Setelah dewasa, Zainab menikah dengan Abu Al-Ash bin Rabi‟ bin Abdul Uzza bin Abdul Syams yang merupakan sepupunya sendiri.

Zainab menikah sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul.

Ketika Nabi Muhammad telah resmi menjadi Rasul, Zainab masuk Islam mengikuti jejak seluruh keluarganya. Namun, sang suami tetap memeluk agama jahiliyah sehingga Zainab tidak ikut hijrah ke Madinah bersama ayah dan saudari-saudarinya.

Tidak berapa lama, Zainab hijrah dari Mekah ke Madinah yang kemudian diikuti suaminya yang langsung memeluk Islam. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebab Zainab meninggal dunia di tahun ke-8 Hijriah.

Ruqayyah binti Rasulullah

Ilustrasi. Ruqayyah merupakan salah satu putri Rasulullah SAW yang meninggal dunia saat Perang Badar. (CNNIndonesia/Astari Kusumawardhani)

Ruqayyah radhiallahu 'anha menikah dengan sahabat Nabi Muhammad, yang mulia Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu.

Ruqayyah mengikuti jejak ayah dan suaminya melakukan hijrah. Namun, dia terserang demam dan meninggal dunia, tepat setelah Perang Badar berakhir.

Ummu Kultsum juga merupakan anak dari Siti Khadijah yang dilahirkan enam tahun sebelum Nabi Muhammad diangkat sebagai Rasul.

Ummu Kultsum menikah dengan Utbah bin Abu Lahab yang menceraikannya bahkan sebelum menyentuh Ummu Kultsum. Setelah itu, ia dinikahi Utsman bin Affan pada tahun ke-3 Hijriah.

Fatimah juga merupakan putri dari Khadijah yang lahir di Mekah jauh sebelum Nabi Muhammad melakukan hijrah. Fatimah juga merupakan salah satu anak Rasulullah yang menjadi teladan banyak orang.

Fatimah adalah putri bungsu yang dinikahkan dengan salah satu sahabat nabi, Ali Bin Abi Thalib.

Banyak orang meneladani sifat sabar yang dimiliki Fatimah. Hidup serba susah bersama sang suami tak membuat Fatimah patah arang. Berbagai julukan pun didapatkannya.

Fatimah wafat pada bulan Ramadan tahun ke-11 Hijriah, atau enam bulan setelah Nabi Muhammad wafat.

Nabi Muhammad saw memiliki empat anak perempuan yang ibunya adalah Siti Khadijah sa:

Beberapa peneliti termasuk Sayid Jakfar Murtadha percaya bahwa anak-anak perempuan ini adalah keponakan Siti Khadijah sa yang dianggap sebagai anak tiri Nabi Muhammad saw.[3]

Sebagian besar sumber sejarah menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw memiliki tiga putra: Qasim, Abdullah dan Ibrahim. Ada beberapa sumber menyatakan bahwa Thayyib dan Thahir juga adalah putra-putra Nabi Muhammad saw.[5] Namun beberapa sumber lagi menolak Thayyib dan Thahir sebagai putra Nabi saw dan menganggap bahwa kedua nama tersebut adalah gelarnya Abdullah.[6] ketiga putra Nabi saw meninggal di usia muda.[7] Setelah wafatnya Abdullah[8] dan menurut nukilan yang lain bahwa setelah wafatnya Qasim,[9] Ash bin Wa'il menyebut Nabi Muhammad saw sebagai "Abtar" (Orang yang terputus keturunannya) karena ia tidak memiliki anak laki-laki dan karena hal tersebut, Surah al-Kautsar diturunkan.

Menurut sumber-sumber sejarah terdapat kesepakatan bahwa Ibrahim sebagai putra Mariyah al-Qibthiyah adalah anak terakhir Nabi saw, tetapi mengenai anak-anak Siti Khadijah sa terdapat perbedaan pandangan dan ada berbagai laporan tentang usia anak-anak Siti Khadijah sa. Dikatakan bahwa mereka dilahirkan di salah satu urutan berikut ini: Qasim, Zainab, Abdullah, Ummu Kultsum, Fatimah dan Ruqayyah[10] Zainab, Qasim, Ummu Kultsum, Fatimah, Ruqayyah dan Abdullah[11] Qasim, Zainab, Ruqayyah, Fatimah, Ummu Kultsum, Abdullah[12] Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah. [13]

Jakarta, IDN Times - Rasulullah SAW memiliki tujuh anak. Dari istri pertamanya, Siti Khadijah, punya enam anak. Sementara, seorang anak lagi dari istri kesebelas, Mariyah al-Qibthiyah, yang merupakan budaknya.

Nabi Muhammad SAW tidak memiliki anak dari istri-istri yang lain, kecuali dari Khadijah dan Mariyah.

Mengutip buku Putra Putri Rasulullah karya al-Hafidz Abdul Ghani bin Abdul Wahid al-Maqdisy, Rasulullah memiliki tiga anak laki-laki dan empat anak perempuan. Mereka merupakan anak-anak yang tampan, cantik, berbakti kepada orang tua, dan memiliki nama-nama yang baik.

Baca Juga: Kisah Abu Bakar, Sahabat Nabi yang Dikenal Jujur dan Dermawan

Zikir dan Doa Rasulullah SAW saat Terbangun Tengah Malam

Dikutip dari Kitab Ad Da'awat dalam hadits Ubadah bin Shamit RA, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang terbangun dari tidurnya pada malam hari kemudian ia mengucapkan:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ.

Arab latin: Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariikala lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa 'ala kulli sya'in qadir. Alhamdulillah wa subhaanallaah, wa la ilaaha llallah, wallahu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illa billaah.

Artinya: Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan hanya Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan pujian dan Dialah Dzat yang Maha Kuasa, segala puji bagi Allah, Maha suci Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan upaya melainkan karena Allah.

Kemudian dia berkata, 'Ya Allah, ampunilah aku,' atau ia memanjatkan doa maka hal tersebut (istigfar maupun doa itu) akan dikabulkan. Kemudian jikadia berwudhu lalu mendirikan salat maka salatnya tersebut akan diterima." (HR Bukhari)

Selain itu, dikutip dari Sunan at-Tirmidzi Jilid 4 oleh Muhammad bin Isa bin Saurah (Imam at-Tirmidzi), Rasulullah SAW juga mengamalkan zikir lain sebagaimana disebut dalam riwayat dari Muhammad bin Nashar yang pernah mengutip dari Ummi Salamah RA. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah membaca zikir berikut saat terbangun di tengah malam

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا تَعَارٌ مِنَ البَلِ، قَالَ: رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ، وَاهْدِ السبيل الأقوم

Arab latin: Rabbiġْfir wārْḥamْ, wāhْdi lissabīl al-ʾaqūm

Artinya: Ya Tuhan, ampuni dan kasihanilah kami serta tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus.

Zikir berikut juga diamalkan Rasulullah SAW saat terbangun dari tidur karena terkejut. Bacaannya bersumber dari hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, An Nasa'i, dan At Tirmidzi dari kakek Amr bin Syu'aib.

بِسْمِ اللَّهِ أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَرَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُون

Arab latin: Bismillahi 'ā'ūْḏu bikalimātillahi al-ttāmmaẗi minْ ġaḍabihi waʿiqābihi wasyarri ʿibādihi waminْ hamarāti assyayāṭīni waʾānْ yaḥْḍurūn

Artinya: Rasulullah SAW mengajarkan kepada kami beberapa kalimat yang diucapkan karena terkejut ketika tidur, "Dengan nama Allah, aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kemarahan, siksaan, dan kejahatan hamba-hamba-Nya, serta dari segala gangguan setan dan dari kedatangan mereka."

Rasulullah SAW juga menganjurkan muslim yang terbangun pada tengah malam untuk mengangkat kain selimutnya sebelah dalam, kemudian bagian tersebut digunakan untuk membersihkan tempat tidur. Setelahnya, baru bisa dilanjutkan tidur berbaring dengan lambung kanan.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ : إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنَ اللَّيْلِ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَنْزِعْ دَاخِلَة إِزَارِهِ ثُمَّ لْيَنْفُضْ بِهَا فِرَاشَهُ فَإِنَّهُ لايَدْرِى مَا حَدَثَ عَلَيْهِ بَعْدَهُ ثُمَّ لْيَضْطَجِعْ عَلَى جَنْبِهِ الأَيْمَنِ ثُمَّ لَيَقُلْ ، بِاسْمِكَ رَبِّي وَضَعْتُ جَنْبِي وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا ، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا حَفِظْتَ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Artinya: Rasulullah SAW bersabda, 'Apabila seseorang dari kamu bangun di waktu malam, lalu kembali ke tempat tidurnya, hendaklah ia mengangkat kain selimutnya yang sebelah dalam. Kemudian hendaklah ia membersihkan tempat tidur itu dengannya. Karena, ia tidak mengetahui apa yang telah ada di tempat tidur itu sesudahnya. Setelah itu, hendaklah ia berbaring di atas lambung kanannya itu lalu mengucapkan, 'Dengan nama-Mu, ya Allah, aku meletakkan lambungku; dan dengan nama-Mu aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan jiwaku, rahmatilah dia. Jika Engkau melepaskannya, peliharalah dia sebagaimana Engkau memelihara jiwa hamba-hamba-Mu yang baik-baik."

“Indeed, those who have believed and done righteous deeds – their Lord will guide them because of their faith. Beneath them rivers will flow in the Gardens of Pleasure. Their call therein will be, ‘Exalted are You, O Allah,’ and their greeting therein will be, ‘Peace.’ And the last of their call will be, ‘Praise to Allah, Lord of the worlds!’” (From The Holy Quran)

Selain berperan sebagai utusan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW juga memiliki peran sebagai ayah. Beliau memiliki putra dan putri yang dilahirkan dari Sayyidah Khadijah dan Mariyah Al-Qibthiyah.

Nabi Muhammad SAW diketahui memiliki tujuh anak. Dari jumlah tersebut, enam anak dilahirkan oleh Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, sementara satu anak lainnya lahir dari Mariyah Al-Qibthiyah.